Selasa, 19 Juni 2012

EKSISTENSI AGAMA DAN BAHASA ARAB SERTA PERANANNYA DALAM PEMBANGUNAN NEGARA


EKSISTENSI AGAMA DAN BAHASA ARAB SERTA PERANANNYA DALAM PEMBANGUNAN NEGARA
OLEH : Dra. Pujiati, M. Soc. Ph. D
FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU)-INDONESIA
PENDAHULUAN
            Banyak pemeluk agama cemas perkataan agama akan punah atau agama akan masuk museum dan akan lahir suatu masyarakat sekuler yang bersih dari unsut-unsur keagamaan.
            Comte ( bapak sosiologi modern ) beranggapan dari sudut pandangan positivisme dimana manusia tidak perlu lagi dengan adanya agama.
Ramalan Marx ( bapak sosiolos atheis ), agama sebagai obat pembius yang dapat memberi ketenagan bagi orang miskin, menderita, dan sengsara.
            Abad 20 mendekati penghujung titik terakhir bahwa agama belum lenyap. Bahkan negara-negara dimana agama secara sistematis karena tidak sesuai dengan ideologi negeri penganutnya tetep masi hidup dan berkembang seperti Rusia, RRC, Vietnam dan lain-lain.
            Argumentasi dari ramalan positisme (Comte ) memiliki kelemahan dimana data-data barat yang dikemukakan sebagai premis hanya terbatas pada umat beragama di eropa yang saat itu menunjukan kemunduran dari segi tertentu seperi kebaktian hari minggu berkurang umatnya. Padahal abad ke-20 ini konsili Vatikan II yang membawa penyagaran dan pembahuruan pemikiran bagi agama Kristen.
            Teori Weber tentang “kurungan besi” menyatakan bahwa akan lenyapnya agama pada masyarakat moden. Agama sebagai “an error in reasoning” kesalah dalm berfikir. Ketika kesalahanya di buka lalu agama akan lenyap karena pengetahuan modern akan memberikan tusukan maut pada agama.
            David Tracy : ilmu pengetahuan itu sendiri mengandung dimensi religius karena untuk  dapat memahami dan dapat menerima rasional argumentasinya manusia membutuhkan suatu transedensi diri yang kognitif.
Agama Islam salah satu agama yang terbesar di dunia memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat yang sejak dulu hingga saat ini yang bersumberkan dari kitab suci Al-quran dan Hadist.
            Bahasa Arab sebagai bahasa agama Islam yang termasuk dalam rumpun bahasa semit sebagai bahasa resmi pada masyarakat dunia timur tengah.
            Di Indonesia bahasa Arab telah di kenal oleh masyarakat Indonesia seiring dengan masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia, yaitu sejak abad VII masehi. Memasyarakatnya bahasa arab di Indonesia , terutama di sebabkan bahasa Arab mempunyai fungsi khusus, yaitu fungsi keagamaan, khususnya agama Islam. Karena fungsi keagamaan yang dimmilkinya, maka bahasa Arab merupakan mata pelajar wajib di sekolah-sekolah yang mempunyai identitas agama Islam.
            Dewasa ini bahasa Arab sebagai bahasa asing, telah menjadi pusat perhatian hampir semua negara di dunia, termasuk Indonesia. Hal ini disebabakan negara-negara tersebut mulai memegang peranan penting dalam bidang perdagangan, perekonomian tenga kerja, bahkan dalam bidang politik dan lain sebagainya.
GEJALA EKSISTENSI AGAMA
            Tidak ada yang lebih jelas dan nyata, lebih berkesan dan berpengaruh dalam kehidupan manusia dari pada gejala agama. Pernah dikatakan oleh seorang ahli sejarah Yunani bahwa mungkin terdapat dalam peradaban suatu bangsa tidak mempunyai binaan kota dan istana, tetapi tidak akan terdapat dalam suatu umat di dunia yang ini yag tidak mempunyai tempat ibadah agama. Catatan ahli sejarah ini merupakan laporan yang tepat terhadap gejala kelestarian eksistensi yang tidak dapat terpiash daripada kehidupan manusia sepanjang zaman.
            Pada kurun delapan belas, sebagian ahli fikir barat telah melahirkan pendapat bahwa agama merupakan susunan dan rekaan baru yang dicipta oleh manusia. Voltaire umpamanya telah mengatakan bahwa manusia pada kurun-kurun yang silam telah hidup secara kebendaan yang semata-mata yang berasaskan ukiran binaan, pertukangan dan perniagaan. Bahkan lebih dari pada itu Volitaire juga menegaskan bahwa ide bertuhan itu sebenarnya adalah rekaan tukang tiup lilin yang bijaksana terdiri dari pada semi-semi dan padri-padri yang kemudian mendapat sambutan dari pada orang-orang bodoh. Pendapat seperti ini sebenarnya bukanlah suau perkara yang baru muncul dalam kurun kedelapan belas, tetapi sudah lama yang memang ada pada setiap manusia di dunia. Suara seperi itu telah pun didaungkan oleh suatu golongan “shofist” dalam zaman Socrates. Pada mulanya suara seperi ini begitu berpengaruh di dunia barat. Ada dua faktor keruntuhan akhlak yang menyuluruh di kalangan gereja. Kedua kezhaliman undang-undang negara serta tidak adilnya dalam pembagian kekayaan negara kepada rakyat. Tetapi hasil dari penemuan dunia luar suara semakin reda, sebaliknya ia menerima sanggahan daria ahli fikir sezamanya seperi B.St.Hilaire dan Chacoin. Sehingga dapat masyarakat manusia yang mempunyai agama.
            Kesimpulanya gejala beragama merupakan gejlala yang amat jelas dan nyata dalam kehidupan manusia. Semakin manusia mengkaji dalam nyata kehidupan manusia dancipataan tuhan maka semakin nyata dlam kehidupan manusia dan ciptaan Tuhan maka semakin nyata betapa luas alam “majhul” atau daerah ghaib yang sungguh mengagumkan. Alam ghaib inilah menjadi salah satu, objek pembahasan agama. Semakin keras dan hebat tantangan atau penolakan kepada agama maka semakin lebih kuat pula reaksi perlu terhadapnya. Semakin kuat peradaban manusia di landa kebendaan maka semakin terlihat kehausan manusia kepada panduan agama. Peristiwa pembunhan beramai-ramai di Guyana atas agama di bawah pimpinan Jin Jomes adalah satu daripada bukti yang jelas bagi hakikat tersebut.
EKSISTENSI KECENDERUNGAN MANUSIA MENCARI AGAMA
            Bedasarkan pendapat dua sarjana Antropologi, yang berhasil menemukan teori-teori berdasarkan hasil penilitianya tentang proses kecenderungan manusia dalam mencari Tuhanya/beragama.
            Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut:
            1. Menurut Edward Burnett Taylor ( 1832-1917 ) seorang sarjana Antropologi Inggris. Dia mengemukakan pendapat sesuai dengan teori evolusi sebagaimana gambar berikut :
            Bila teori tersebut di kaji lebih lanjut, maka akan diperoleh sebagai kesan-kesan berikut : yaitu bahwa pada mulanya manusia ( penghuni gua yang primitif ) itu adalah atheis ( tidak berketuhanan ), mereka tidak mengenal Tuhan sebagai pencipta alam semesta ini. Setelah manusia itu di hadapkan dan menghadapi gejolak tantangan hidup yang bertubi-tubi di luar daya tahan dan kemampuan dirinya, mereka lalu datang ( secara bertahap ) kepada :
  1. Dinamisme ( kepercayaan kepada serba benda/materil )
  2. Anisme ( kepercayaan kepada serba roh )
  3. Politheisme ( kepercayaan kepada serba dewa ) dan
  4. Pada  proses finalnya, mereka datang kepada Monotheisme ( berketuhanan yang maha esa )
Dengan memperhatikan teori tersebut dapat di ketahui bahwa monotheisme ( faham ketuhanan yanh maha esa ) merupakan hasil terakhir daripada proses filsafat manusia tentang Tuhan. Sesungguhnya demikian, faham monoteisme tersebut masi ada kemungkinan didalamnya terselip unsur-unsur yang berbau syirik dan mempunyai kecenderungan kuat untuk menjurus kepada politheisme ( faham ketuhanan yang berbilang ) tetapi manunggal. Dan dengan mengikuti teori E.B. Taylor tersebut, bisa jadi manusia berkesimpulan “ sesungguhnya Tuhan itu pada mulanya tidak ada, yang mengada-ngada itu adalah manusia itu sendiri”. Di mana tentu saja tentu kesimpulan seperti itu sangat berbahaya dan bertentangan dengan konsep agama Islam, dan hal-hal ini pula yang sering di kumandangkan oleh orang-orang komunis-atheis ( anti agama ), sehingga mereka berpendirian bahwa agama itu adalah candu masyarakat ( Religion is the opium of society ).
            2. Menurut pendapat Wlhem Schmidt, seorang sarjana Antropologi Austria, dia mengemukakan pendapatnya sesuai dengan teori wahyu (revelation), yang di gambarkan sebagai berikut :



            Kalau diperhatikan teori wahyu ( revelation ) menurut Wilhem Schmidt tersebut, maka akan diperoleh minimal tiga kesan yaitu :
               pertama sejak mula pertama Adam AS sebelum jadi penghuni planet bumi ini, dia selaku manusia pertama disamping mempunyai derajat/kedudukan lebih tinggi dari pada Malaikat dan Jin yang diciptakan terdahulu sebagai mana firman Allah dalam Surath Al-baqarah ayat 30-39 ), Adam pun menampilkan dirinya sebagai insan religius yang monotheistis. Pertanda ketauhidnya adalah terlihat ketika Adam AS “bersin” untuk pertama kalinya setelah pribadinya wujud. Saat itu Adam AS mengucapkan kalimat “Alhamdulillahhi Robbil ‘Alamin “ (segala puji bagi Allah, Tuhan senesta alam ), ucapan beliau tersebutdi sambut dengan penuh kekaguman oleh seluruh malaikat dengan ucapan kalimat “ Yarhakumullahu Ya Adam “ ( Allah senantiasa melimpahkan rahmatnya kepada Adam ).
               Kedua generasi berikutnya ( anak cucuAdam ) itu kemudian menyelewengkan aqidah yang di anut Adam dari bertauhid mutlak, hanya kepada Allah semata-mata ( monotheisme ) di sulap menjadi syirik ( polotheisme ). Dalam kondisi situasi kekacauan dan penyimpangan semacam itu, lalu tampilah Nabi. Rasul Allah berikutnya yang berjuang mengembalikan aqidah yang monotheistis, yang seperi dianut oleh Adam AS. Nabi/Rasul Allah bergiliran diutus untuk berjuang tauhid yang monotheistis, sampai  pada akhirnya tiba pada giliran Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir atau penutup Nabi-Nabi.
               Ketiga, aqidah tauhi monotheistis sebagai prinsip pokok dari tujuan perjuangan Nabi/Rasullah senantiasa murni, suci bersih dari unsur-unsur yang berbau syirik/politheis. Jadi menurut Wilhem Schmidt tersebut, kepercayaan terhadap suatu Tuhan (monotheistis ) merupakan bentuk kepercayaan yang tertua dalam sejarah kebudayaan manusia. Teori tersebut barangkali selaras dengan firman Allah SWT Al-baqarah ayat 203 :



Artinya : “ manusia itu adalah umat yang satu ( setelah timbul perselisihan ), maka Allah mengutus para Nabi/Rasul sebagai pemberi kabar gembira dan memberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab dengan benar untuk memberi keputusan diantara manusia tentang perkara yang mereka persilisihkan. Tidaklah berselisih tentang kitab itu. Melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka kitab. Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka persilisihkan itu dengan kehendaknya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang di khendakinya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang-orang yang beriman pada kebenaran tentang hal yang mereka perselishkan iu dengan dihendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikhendaki-Nya kepada jalan yang lurus.
               Dari ayat tersebut dapat di pahami, bahwa pada mulanya manusia berada dalam satu agama dan kepercayaan, yaitu semua mempercayai Allah atau bersatu dalam ketauhidanya. Dan menurut Ibnu Abbas, manusia pada mulanya berada dibawah agama Adam ( yang monotheis ). Adam di utus untuk mengajarkan ketauhidanya kepada anak cucunya. Tetapi setelah beliau wafat, maka ummatnya kehilangan pemimpin dan mulai timbul kekacauan-kekacauan dikalangan mereka, misalnya pentembahan-penyembahan terhadap berhala. Kemudian datangkah nabi-nabi berikutnya untuk memimpin mereka yang alam keadaan kacau balau itu, untuk diarahkan kepada ketauhidan yang murni sebagaimana yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya, dan demikian seterusnya sampai dengan nabi Muhammad saw. Tugas kita sebagai ummat Islam ( ummat Muhammmad ) adalah mempertahankan dan memelihara ajaran-ajaran Aqidah yang di bawa oleh Nabi Muhammad tersebut.
FUNGSI AGAMA DAN MASYARAKAT
Menurut Prof. DR. Hamka, bahwa fungsi agama itu ibarat “ tali kekang “ yaitu ; tali kekang dari pada pengumbaran akal pikiran ( yang liar/ binal ) : tali kekang dari pada ucap dan perilaku ( yang keji dan biadab ). Agama menuntut perjalanan hidup manusia agar tetap berada di atas jalan lurus ( shirotol mustaqim ) yang diridhoi oleh Allah.
Putusnya tali kekang dalam diri seseorang, tidak hanya akan merugikan/ mencelakakan dirinya sendiri, tetapi orang/ pihak lain, keluarganya dan masyarakat, bangsa dan negara akan terkena akibatnya juga. Oleh karena itu, semua pihak sama- sama berkepentingan akan tali kekang. Tali kekang itu tidak cukup hanya sekedar dimiliki, tetapi ia  juga harus jaga dan kita pelihara, agar ia makin kokoh kuat. Sebab lajunya ilmu pengetahuan tekhnologi dan pergaulan modern ini merupakan tantangana yang tidak ringan.
Prof. DR. H. Mukhti Ali, ( Muhaimin, 1989:19) pernah menyatakanbahwa : agar pendapay kami, antara lain memberi petunjuk bagaimana moral. ( etika-ahlak ) itu harus di jalankan, agamalah yang membei hukum-hukum moral. Dan karenanya agama adalah sangsi terakhir bagi semua tindakan moral, sangsi agamalah yang membantu dan mempertahankan cita-cita etis.
W. M Dixon ( ibid:1989) dakam bukunya “The Human Situation” antara lain menyatakan, bahwa ; agama, betul atau salah, dengan datang, adalah dalam kesuluruhanya, kalau tidak satu-satunya, paling sedikit kita boleh percaya, merupakan dasar yang palingkuat bagi moral. Dengan mundurnya agama dan sangsi-sangsiinya, maka menjadi masalah yang sangat mendesak, kalau asa yang mempunyai kekuatan yang bisa menggantikanya “( agama)”.
Menurut kesimpulan Hasanuddin, ( ibid:1989 ) dalam bukunya “Cakrala Kuliah Agama” bahwa diantara sekalian hal yang kita temukan tentang fungsi dan peranan agama atas diri manusia, maka yang penting untuk benar-benar dihayati ialah ;
1.      agama itu mendidik manusia menjadi tentram, damai, tabah, dan tawakal, ulet serta percaya dirisendiri.
2.      agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi berani berjuang menegakan kebenaran dan keadilan dengan kesiapan mengabdi dan berkorban ; serta sadar, enggan dan takut untuk melakukan pelanggar yang menkjurus kepada dosa dan noda.
3.      agama memberi susgesti kepada manusia, agar dalam jiwanya tumbuh sifat mulia terpuji, penyantun, toleransi, dan manusiawi.
 Mahluk manusia dewasa ini telah memasuki zaman computer yang membantu usahanya untuk mengurangi ruang angkasa. Namun manusia modern ini belum sanggup menjawab pertanyaan fundamental yang selalu menggangunya. Mengapa ada penyakit ? mengapa saya harus mati ? mengapa dia si pemuda belia meninggal ? mengapa terjadi musibah yang mengirakan itu ( puluhan korban jiwa akibat gunung meletus, tanah longsor, karna jembatannya musnah di hancurkan badai topan dan sebagainya). Persoalan semacam itubelum terjawab. Apalagi pertanyaan, apa itu semua ada artinya bagi manusia pada umumnya ? Dengan kata lain, manusia dihadapkan dengan problem makna dan arti yang ada di belakang semua kejadian itu. Ternyata akibat keterbatasanya, manusia ( tidak/belum ) sanggup menjawab. Lalu ia harus lari kemana untuk mencapai jawaban itu ? kalau ia manusia tidak menginginkan kemusnahannya pada “titik hancur” ini, dan pengalaman membuktikan bahwa tak seorang pun menghendakinya, maka ia berusaha mencari kekuatan lain “yang ada diluar” dunia ini. Disamping rasa kecewa sampai frustasi yang bertubi-tubi dialami manusia dihadapkan dengan masalah lain lagi, yaitu kelangkaan-kemiskinan dan penderitaan. Masalah tersebut hingga dewasa ini harus diakui masih merupakan masalah yang belum terjawab bukan saja oleh bangsa dunia ke-tiga, akan tetapi juga oeh bangsa yang sudah maju dalam sistem sosial dan organisasinya. masalah ini juga dapat dikembalikan kepada masalah keterbatasan kemauan manusia yang telah di sebut diatas, tetapi dalam penanganannya memang telah menimbulkan kesulitan terdendiri yang dapat di simpulkan dalam masalah ekonomi-sosial.kemampuan manusia masih perlu ditingkatkan lagi untuk menggali kekayaan yang masih tersembunyi itu. Namun terpisah dari hal-halyang teoritis dan hipotesis itu manusia tidak dapat menutup mata akan pertanyaan tersebut. De facto, yaitu dalam masyarakat yang ada sekarang di dunia ini dan manusia-manusia telah berusaha dengan sebaik-baiknya melalui sistem pembagian kerja dan distribusi hasil menurut perbandingan alokasi fungsi, fasilitas dan imbalan jasa yang sepantasnya pada masyarakat yang sudah maju. Namun sebagian dari penghuni masyarakatnya masih belum mendapat bagian, yang mereka alami secara faktual ; kekurangan dan penderitaan hinga di luar kewajaran.
            Teori fungsional melihat kekurangan itu semua tanpa mengurangi penglihatan teori lain atas hal yang sama sebagai ciri-ciri eksistensial dari kondisi dan situasi manusia umunyadan oleh karena itu juga melekat pada masyarakat. Kalau di rumus dalam satu nafas maka kekurangan eksistensial itu ialah :
1.                  ketidakpastian
2.                  ketidakmampuan
3.                  kelangkaan
lalu apa yang dibuat oleh manusia ? menyerah pada manusia ? jawaban atas pertanyaan itu sudah jelas dari pengalaman biasa hari-hari maupun dari sejarah bangsa-bangsa yang sekian banyak banyak jumlahnya yang terdiri atas secara tuntas, minimal untuk mengurangi pengaruh buruknya. Manusia menjinakan lingkungan hidunpnya yang ganas mencoba untuk menguasainya dan mengendalikanya. Hasil usahanya dirakit dalam suatu sistem sosio-kultural yang semakin hari semakin disempurnakan untuk di jadikan tempat tinggal yang aman dan sentosa, meskipun sebagaian warganya tidak dapat di luputkan dari kematian dan terpaksa meninggalkan hasil perjuanganya kepada angkatan yang masih hidup demi kehidupan yang semakin baik. Sejarah manusia mengungkapkan usaha-usaha manusia yang bergerak untuk memenuhi keperluan hidupnya, yaitu ; kehidupan akan kebahagian. Keperluan yang mendasar ini dapat dikatakan  dengan yang lebih abstrak sebagai kesejahteraan dalam “dunia empiris” dan “dunia supra empiris”. Yang satu terletak disini dan kini, yang lain digambarkan sebagai diatas dunia ini, dunia transeden, yang tak terjangkau oleh pengalaman ( empiris ) manusia, karena ada diluar ada dunia pengalamani ini. Itu semua bukanlah suatu teori sejarah melainkan sesuatu kesimpulan empiris, yang tidak dari dalil yang spekulatif, tetapi dari pengalaman eksistensial dari zaman ke zaman hingga sekarang ini. Dengan kata lain, berdasarkan fakta-fakta konkrit yang digumuli oleh setiap manusia yang hidup di dunia ini. Usaha apa yang telah  dilakukan manusia untuk merebut kebahagiaan itu. Ternyata berdasar pengalaman sekarang dan catatan sejarah manusia melakukan dua jenis usaha raksasa, ialah ; usaha religius dan non religius.
EKSISTENSI BAHASA ARAB
Bahasa Arab sejak sebelum islam datang telah berkembang dan telah mencapai kedudukan yang tinggi.karena dengan karya sastra bangsa Arab telah mampu mengangkat martabatnya di kalangan Qabilah-Qabilah ( suku-suku ) yang lain. Dan apabila karya-karya sastra mereka jelek, maka mereka akan merasa rendah dan hina, sehingga kesungguhan dan kegigihan mereka dalam berkarya selalu terpuruk untuk memenuhi kompetisi yang selalu hidup di kalangan bangsa Arab pada waktu itu.
Selanjutny, kedudukanya bahasa Arab semakin mantap lagi setelah datangnya Al-quran, karena sejak empat belas abad yang lalu bahasa Arab masih tetap tegar, terhindar dari kepunahan, yang hanya bisa kita ketahui lewat sejarah dan buku-buku lama yang tersimpan di perpudtakaan, sedangkan bahasArab akan punah dan hilang bersama dengan hilang dan punahnya Al-quran dan jika Al-quran masih tetap di pakai serta ada dunia ini bahasa Arab akan terus hidup menyertai manusia pengikut Al-quran.
Rasanya memang sangat janggal, apabila seorang yang setiap harinya bergelut dengan Al-quran tapi tidak tahu apa yang terkandung didalamnya dan tidak mengerti keindahan- keindahan yang di bawanya.
Dengan demikian, tidak bisa kita bayangkan bagaiman jadinya sebagai pemeluk agam islam tidak bisa dan tidak mengerti bahas Arab, nampaknya tidak konsisten karena ketidaktahuan tersebut tidaak akan mencapai pada pernghayatan dan pengalaman
Secara optimal, maka sudah wajar kalau kita selalu menumbuhkan semangat belajar bahasa arab dengan mengtahui segala prospeknya dan menyingkirkanya beberapa problematika yang timbul dikal belajar, untuk menghilangkan kejanggalan-kejanggalan dan menumbuhkan keseimbanganyang harmonis sebagaipemeluk agama Islam.
PERANAN BAHASA ARAB DALAM BIDANG ILMU PENGETAHUAN
Mempelajari bahasa Arab adalah merupakan salh satu kunci pokok untuk membuka pintu ilmu pengetahuan, baik agama, sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan, karna cendikiawanya muslim pada abada pertengahan telaha berhasil membuahkan sebagai karya dalam bidang ilmu pengetahuan tersebut, buku-bukumereka masih banyak tersimpan dalam perpustakaan-perpustakaan yang sampai saat ini baru beberapa saja yang berhasil di cerna dan dipindahkan kenegara-kenegara barat.
Dari sinilah eropa yang gelap pada zaman pertengahan itu mulai terang, dan lahirkan zaman pembaruan eropa setelah mengambil dan memindahkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dari kaum muslimin kedunia barat ( Iman subakir,1980:2).
Memang seorang orenralid baratrasanya belumlah lengkap, apabila ia belum mampu dan bisa mengrti bahasa Arab bagi mereka sangat penting, untuk membaca dan mengetahui karya cendikiawan muslim tidaklah cukup melalui terjemah, dan terjemah karya-karya tidak mungkin semuanya akan diterjermahkan begitu saja, tentu hanya akan dipilih mana yang baik dan bagus sehingga tidak bisa menjangkau seara keseluruhan dan engeri secara dalam. Inilah yang mengakibatkan mereka mempelajari bahasa Arab secara sungguh-sungguh, sehingga bahasa Arab cepat sekali berkembang dikalangan barat sejak abad perengahan sampai sekarang.
Dengan berkembanya bahasa Arab dikalangan mereka ( dunia barat ), telah banyakyang berhasil menulis buku-buku dan bahkan salah satu diantara mereka ada yang berani mengklasifikasi Al-quran kedalam bab-bab sesuai dengan pokok pemasalahanya, yaitu : Jhole Labaum dan Edward monteh yang bukunya berjudul “Tafsilul ayaatil Quran”  dan “Mustadrak” ( Ali-buutii,1972:146 ).
Kalau tidak memungkiri kenyataan yang ada, bahasa Arab telah banyak mewarnai dunia ilmu pengetahuan yang dituangkan melalui bahasa Arab yang sangat banyak sekali, ilmu astronomi, imu pasti, kimia, kedokteran yang tertulis dengan bahasa Arabtelah mewarnai dan membekas sampai pada saat ini. Sebagai salah satu contoh, ilmu pasti yang dihasilkan sarjana-sarjana muslim yang termashyur dan agung yaitu ilmu hitung atau matematika dan aljabar yang ditulis dan diajarkan dengan bahasa Arab pada waktu itu. Samapai saat ini kelihatan jelas pengaruh dan bekasnya, yaitu ; angka hitungan yang kita pakai saat ini 1234567890 adalah angka-angka Arab sebagai suatu bukti yaitu perusahaan mesin tulis merkek olimpia yang memproduksi mesin tulis Arab tetap memakai angka huruf Arab tetap memakai angka-angka tersebut dengan alasan angaka-amgka itulah yang sesuai, karena angka-angka itu yang asli dan itdak memakai angka-angka India seperti yang biasa kita pakai oleh mesin tulis huruf Arab merek Brother saat ini.
Dengan berperanya bahasa Arab sejak empat belas abad yang lalu, tentu sudah banyak sekali ilmu pengetahuaan yang terkena pengaruh oleh bahasa Arab, baik itu istilah atau ungkapan maupun gaya bahasanya dan sebagaianya yang samapi pada saat ini belum terungkap menjadi tantanga atau tanggung jawab parasarjana sastra Arab untuk meneliti dan mennyingkapkanya. Dengan demikian kesempatan yang luas dan jalan yang lebar ini akan mengubur sedikit demi sedikit pemikiran-pemikiran yang sempit dan serta perasaan yang pesimis bagi mereka yang mempelajari bahasa Arab.
PERANAN BAHASA ARAB DALAM BIDANG PENDIDIKAN
Dunia pendidikan masih erat kaitanyadengan dunia pengetahuan yang selalu di bahas dan di ajarkan lewat dunia pendidikan bahasa Arab, bahkan Universitas-Universitas negeri sudah banyak yang membuka jurusan bahasa Arab dan mudah-mudahan akan bertambah lagimengingat pentingya bahasa Arab sejak abad pertengahan hingga saat ini, lebih-lebih setelah negara-negara timur tengah sangat berperan dalam bidang perminyakan telah dapat menarik simpati dari banyak negara barat maupun timur untuk selalu dekat sehingga bahasa Arab semakin mendapat sambutan di Universitas-Universitas luar negeri untuk hidup sebagai wadah untuk mencetak Diplomat-Diplomat, Intrepreter, dan ahli yang fasih berbahsa Arab.
Berbafgai Universitas di Eropa dan Amerika telah mengembangkan studi-studi bahasa Arab dan kebudayaannya, dan telah dapat menerbitkan buu-buu tentang bahasa Arab. Linguistik Arab, dan kebudayaan Arab pada umumnya, seperti Universitas Oxford, Cmbridge, Sorbone, Mc Gill, Michigan, Minesota, dan lain-lainya. ( Imam Subakir,1980;5 ).
Dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan yang saat ini berkembang pesat erat kaitanya dengan pengaruh Islam, nabi Muhammad saw sangat menjunjung ilmu pengetahuan. Sabda-sabda beliau sendiri menjadi bukti untuk itu, kata-katanya yang cukup tegas menjadi saksi abadi. Diantaranya sabda beliau yang dituangkan melalui bahasa Arab yang fasih ialah :
·        tuntutlah ilmu walau kenegeri Cina sekalipun
·        tuntutlah ilmu dari ayunan sampai keliang lahat
·        mempelajari sepatah kata ilmu, lebih baik daripada mengerjakan rakaat
·        tinta ulama lebih berharga daripada darah orang-orang sahid
·        sepatah hikma yang diajarkan dan diberitahukan kepada sesama Muslim, lebih berharga daripada sholat satu tahun
·        orang yang berilmu adalah pewaris nabi-nabi
·        tuhan tidak menjadikan suatu yang lebih daripada akal
·        pada hakekatnya, seseorang dapat mengerjakan sholat, puasa, zakat, haji, dan semua pekerjaan yang baik ; akan tetapi pahala yang ia terima hanyalah seimbang dengan akal ia pergunakan.
Hadist-Hadist ini dan masih banyak lagi isinya sangat berperan dalam menjunjungnya dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Jika kita buka lembaran sejarah Nasional, bahwa “Galileo” yang terkenal pada masa tiga abad yang lalu ( 1633 ), telah dihadapkan kemuka majelis Paus diancam akan disiksa , dipaksa untuk menarik kembali keteranganya yang terkutuk dan menyalahi hukum agama, bahwa bumi berputar mengelilingi matahari.
Inilah bukti terbelenggunya dunia ilmu pengetahuan di Barat pada masa itu, dan tersingkap sertaterbebas kembali setelah pengaruh buku-buku Islam masuk dunia Barat.
PERANAN BAHASA ARAB DALAM BIDANG KOMUNIKASI
Dengan pengaruhnya negara-negara Arab dewasa ini, maka perhatian dunia selalu tertuju kesana, sehingga bahasa Arab sebagai alat komunikasi yang sangat di butuhkan sekali untuk menunjang dan melancarkan hubungan negara-negara tersebut. Karena besarnya perhatian terhdap bahasa Arab. Di Ingggris  bahasa itu dijadikan lambang Foreigh Sevice ( Dinas Luar Negeri ), dengan arti bahwa mereka yang ingin jadi diplomat harus dapat berbahasa Arab, apalagi jika akan dikirim negara Arab dan Islam.
            Bahasa Arab adalah alat pemersatu bagi kaum muslim di dunia inni yang hampir berjumlah 1 milyar atau sepertiga penduduk dunia, dan semestinya mereka itu dapat menguasai bahasa Arab dengan baik, karena mereka selalu dituntut untuk berkomunikasi dengan baik walaupun berlainan bangsa dan negara, kesempatan berkumpul pada setiap tahun di Mekkah untuk melaksanakan ibadah Haji, selalu menuntut mereka untuk saling mengenal, saling tukar pendapat dan tikar informasi, salah satu alat komunikasi yang paling efektif bagi mereka alah bahasa Arab.
PERANAAN BAHASA ARAB DALAM BIDANG KEBUDAYAAN
            Sejak mulanya Islam di Indonesia beberapa abad yang lalu sampai pada saat ini kita melihat betapa terpatrinya pengaruh Islam terhadap hampir semua aspek/unsur kehidupan di Indonesia.
            Upacara keagamaan misalnya dapat diketahui betapa banyak pemeluk agama Islam yang menjalankanya berbeda dengan upacara-upacara keagamaan pada masa-masa silam. Pengaruh dalam bidang bahasa demikian pula dapat kita rasakan. Pendeknya hampir semua aspek kebudayaan Indonesia terpengaruh oleh Islam. Pada sisi lain terlihat pula unur-unsur bahasa Arab banyak menyelinap didalamnya. Pengaruh tersebut kini menjadi objek dari berbagai disiplin ilmu. ( Sansul Hadi.1985;1).
            Bidang Antropologi, Arkeologi, sejarah, dan Bahasa baik Indonesia dan Daerah, sangat membutuhkan sekali rang yang tahu bahasa Arab untuk menunjang penilitian dan perkembangan dalam bidang-bidang tersebut.
            Bidang-bidang yang telah di sebutkan diatas yang erat hubunganya dengan bahasa Arab, seharusnya membuat kita terpacu dan tidak pesimis dalam mempelajarinya. Jika bahasa Arab yang kita pelajari senantiasa hidup dan tidak pasif, mudah-mudahan sangat bermanfaatdan selalu dibutukan oleh instansi-instansi, sangat bermanfaat dan selalu dibutuhkan oleh instansi-instansi., departemen-departemen yang erat hubunganya dengan bahasa Arab, tidak hanya departemen Agama yang bisa menampung sarjana sastra Arab, tidak karena bahasa Arab bukan hanya bahsa Agama atau Kiyai melainkan bahasa ilmuan dan bahasa Internasional bahkan pada abad ke-21 ini, bahasa Arab telah dipergunakan dalam berbagai forum Internasional dalam berbagai lapangan : politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan agama, seperti dalam konferensi Non Blok, Konferensi Islam Asia Afrika, konfernsi-konferensi Rabitan Al-Islami, dan lain-lainya. Dan sejak tahun 1973 telah kita ketahuibersama bahwa bahasa Arab dengan resmi diakui dan dijadikan bahasa resmi dalam PHB sejajar dengan bahasa Internasional lainya.
PERANAN AGAMA DAN BAHASA ARAB DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL
            Dalam GBHN 1993 dicantumkan tentang titik barat pembangunan nasional jangka panjang kedua diletakan pada bidang ekonomi yang merupakan penggerak utama pembangunan, seiring dengan kualitas sunber daya manusia dan didorong secara saling memperkuat, dan terpadu dengan pembangunan bidang-bidang yang dilaksanakan seirama, selaras, dan serasi dengan keberhasilan pembangunan bidang ekonomi dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan nasional.
            Penataan kehidupan beragama dan kepercayaan terhdap Tuhan Yang Maha Esa yang harmonis, yang tercermin dalam semakin meningkatnya keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, semakin meningkatnya kerukunan kehidupan ummat beragama dan penganut terhadap Tuhan yang Maha Esa, semakin meninkatnya peran serta ummat dalam pembangunan melalui pendidikan di lingkungan keluarga, di masyarakat, dan di sekolah, bersamaan dengan perluasan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan utnuk menunaikan ibadah masing-masing.
            Peranan Agama dan bahasa Arab dalam rangka memberhasilkan pembangunan Nasional memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, beriman, dan bertqwa. Hal ini sesuai dengan tujuan GBHN 1993 yang memperioritaskan pembangunan ekonomi yang tentunya sumber potensinya adalah pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas.
            Mengingat jumlah penduduk Islam merupakan mayoritas dari penduduk Indonesia maka jumlah mayoritas penggunaan sumber daya manusia adalah dari potensi ummat Islam yang berkualitas itu diperlukan pemahaman yang lebih dalam tentang bahasa Arab sebagai sumber ajaran Agam Islam dan juga sebagai bahasa komunikasi hubungan Internasional, bahasa pendidikan dan illmu pengetahuan seperti bahasa kebudayaan dan bahasa dapat dipergunakansebagai nilai ekonomis dikaitkan dengan tenaga kerja Indonesia yang bekerja di negara-negara di Timur Tengah. Di dalam GBHN 1993 dikemukakan tentang kemampuan penggunaan bahasa asing perlu ditingkatakan dan dikembangkan untuk meperlancar komunikasi dengan bangsa lain di segala aspek kehidupan terutama penyerapan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, disamping memperluas cakrawala pandang bangsa sejalan dengan kebutuhan pembangunan.
            Upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia pada umumnya melalui penigkatan kualitas pendidikan, kualitas ekonomi yang berkaeadilan sosial, kualitas produksi dan industri, oleh karena itu dibutuhkan manusia yang berfikir dan berwawasan maju kedepan yang dimiliki akhlakul-karimah, budi pekeri yang mulia yang di aplikasikan sebagai amal sholehdalam rangka mensukseskan pembangunan nasional. Menurut Prof. Witehead ( 1991:123 ) sebagai suatu sistem tentang kebenarankebenaran umum yang mempunyai daya untuk mengubah budi pekerti, jika kebenaran-kebenaran umum tersebut di pegang secara ikhlas dan di khayati secara sungguh-sungguh.
            Sebagai anggota dari masyarakat, sudah sewajarnya seorang manusia Indonesia bersyukur kepada Allah swt atas karunianya berupa tanah air dan Indonesia ini. Juga wajar hidayah yang diberikan-Nya kepada para pendiri Republik telah menetapakan pancasila sebagai dasar untuk masyarakat dan bernegara, masyarakat dan negara Indonesia. Berdasarkan berbagai pengalaman dari bangsa lain, bahwa lima prinsip yang terkandung dalam Mukaddimah Undang-undang Dasar 1945, adalah prinsip-prinsip yang amat luhur. Prinsip-prinsip tidak sja mampu melandasi persatuan nadional bangsa Indonesia dari Sabang sampai Maruke, tapi juga, lebih penting lagi, prinsip-prinsip itu dapat menjadi pangkal tolak pembangunan pemikiran kenegaraan Indonesia modern.
            Sebagai negara yang paham dan falsafah pancasila, bangsa Indonesia harus mempunyai kepercayaan bahwa agama adalah karunia Allah, Tuhan Yang Maha Esa, kepaada segenap bangsa Indonesia. Sebab, dengan agam seorang manusia mengetahui keberadaanya dalam system alam raya ini, dengan agam pula dapat diketahui darimana, bagaimana, dan kemana hidup ini. Agamalah yanag menjawab pertanyaan, mengapa seorang berada di dunia, oleh siapa dan kemana pergi.
            Dengan kata lain, agama memberi tujuan hidup yang menyadarkan bahwa tidak sepotongpun dari pebuatan sehari-hari dan jadi pengawasan melekat yang tidak pernah terpisahkan dari roda kehidupan seorang manusia berpartisipasi dalam mensukseskan pembangunan, yang memperkihatkan betapa ia konsisten melaksanakan ajaran agama lewat penguas bahasa Arab.
            Hal ini menunjukan bagi kita bahwa peranan agama dan bahasa Arab demikian besarnya, dan lebih jauh diuraikan sebagai berikut :
  1. pembangunan merupakan kegiatan yang berorientasi kepada tujuan maupun kepada nilai, yang ditujukan kepada peningkatan martabat manusia sampai sampai ketingkat yang setinggi-tinggnya dalam semua dimensinya. Aspek-aspek moraldan material, ekonomik dan sosial,serta mental dan spiritual tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
  2. pembangunan dalam tatanan Islam tidak sekedar diketahui sebagai yang multi-dimensional. Karena semua upaya harus dilakukan secara bersamaan dalam segala dimensinya, maka metodologi yang bermaksud memisahkan sala satu faktor kunci dan meletakan seluruh perhatian yang kepada satu itu secara teoritik tidak dapat dibenarkan. Islam berusaha menciptakan keseimbanagan antara berbagai macam faktor dan budaya itu.
  3. pembangunan melibatkan berbagai macam perubahan, baik kuantitatif maupun kualitatif. Keterlibatan dalam perubahan kuantitatif. Keterlibatan keterlibatan dalam perubahan kuantitatif, yang di absahkan dan dianggap penting itu, sayang sekali telah mengakibatkan terabaikanyaa aspek-as[ek kualitatif dari pembangunan itu khususnya dan bahkan pembangunan kehidupan secara keseluruhan.
  4. prinsip-prinsip kehidupan sosial yang dinamik, Islam secara khusus menekankan pada dua prinsip : pertama, pendayagunaan secara maksimal sumber-sumber yang telah di anugerahkan Allah kepada manusia dan juga lingkungan alamnya ; dan kedua, pemanfaatan, pemerataan serta peningkatan hubungan-hubungan kemanusiaan secara menyeluruh atas dasar kebenaran dan keadilan.













DAFTAR PUSTAKA
  1. ABDALATI, HAMMUDAH. (1993). ISLAM SUATU KEPASTIAN JAKARTA : PN. MEDIA DAKWAH.
  2. ECO. UMBERTO (1976). A THEORY OF SEMIOTICS. LONDON : INDIANA UNIVERSITY PRESS.
  3. HENDRO PUSPITO, DRS, (1992). SOSIOLOGI AGAMA. JOGYAKARTA : PN. KANISIUS.
  4. HORTON, PAUL B. (1984). SOSIOLOGI. JAKARTA : PN. ERLANGGA.
  5. MADJID, NURCHOLISH. (1991). ISLAM KEMODERAN DAN KEINDONESIAAN. BANDNG : PN. MIZAN.
  6. MUHAIMIN, DRS. (1989). PROBLEMATIKA AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA. BANDUNG : PT. ALMAARIF.
  7. OGDEN, C. K AND I. A. RICHARDS. (1969). THE MEANING OF MEANING. LONDON : ROUDLEDGE KEGAN PAUL LTD.
  8. RAIS, AMIN. (1982). ISLAM DAN PEMBAHURUAN. JAKARTA : PN. RAJA GRAFINDO PERSADA.
  9. RASYID, SULAIMAN. (1981). FIQIH ISLAM. JAKATA : PN. ATTAHIRIYYAH. . PM1
  10. RATHOMI, ABDA’I. (1968). TIGA D\SERANGKAI SENDI AGAMA. BANDUNG : PT. ALMAARIF.
  11. RAZAK, DRS. (1989). DINUL ISLAM. BANDUNG : PN. ALMAARIF
  12. RAZAK, DRS. (1992). SEMIOSIS AND SEMIOTICS. DELHI : ANUPANA PUBLICATONS.
  13. GBHN. (1993) SEMARANG : PN. ANEKA ILMU.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar