EKSISTENSI AGAMA DAN BAHASA ARAB SERTA PERANANNYA
DALAM PEMBANGUNAN NEGARA
OLEH : Dra. Pujiati, M. Soc. Ph. D
FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(USU)-INDONESIA
PENDAHULUAN
Banyak pemeluk agama cemas perkataan
agama akan punah atau agama akan masuk museum dan akan lahir suatu masyarakat sekuler
yang bersih dari unsut-unsur keagamaan.
Comte ( bapak sosiologi
modern ) beranggapan dari sudut pandangan positivisme dimana manusia tidak
perlu lagi dengan adanya agama.
Ramalan Marx ( bapak sosiolos atheis ),
agama sebagai obat pembius yang dapat memberi ketenagan bagi orang miskin,
menderita, dan sengsara.
Abad 20
mendekati penghujung titik terakhir bahwa agama belum lenyap. Bahkan
negara-negara dimana agama secara sistematis karena tidak sesuai dengan ideologi
negeri penganutnya tetep masi hidup dan berkembang seperti Rusia, RRC, Vietnam
dan lain-lain.
Argumentasi
dari ramalan positisme (Comte
) memiliki kelemahan dimana data-data barat yang dikemukakan sebagai premis hanya terbatas pada umat
beragama di eropa yang saat itu menunjukan kemunduran dari segi tertentu seperi
kebaktian hari minggu berkurang umatnya. Padahal abad ke-20 ini konsili Vatikan
II yang membawa penyagaran dan pembahuruan pemikiran bagi agama Kristen.
Teori
Weber tentang “kurungan besi” menyatakan bahwa akan lenyapnya agama pada masyarakat moden. Agama sebagai “an error in
reasoning” kesalah dalm berfikir. Ketika kesalahanya di buka lalu agama akan
lenyap karena pengetahuan modern akan memberikan tusukan maut pada agama.
David
Tracy : ilmu pengetahuan itu sendiri mengandung dimensi religius karena
untuk dapat memahami dan dapat menerima
rasional argumentasinya manusia membutuhkan suatu transedensi diri yang
kognitif.
Agama Islam salah satu agama yang
terbesar di dunia memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat yang
sejak dulu hingga saat ini yang bersumberkan dari kitab suci Al-quran dan
Hadist.
Bahasa
Arab sebagai bahasa agama Islam yang termasuk dalam rumpun bahasa semit sebagai
bahasa resmi pada masyarakat dunia timur tengah.
Di
Indonesia bahasa Arab telah di kenal oleh masyarakat Indonesia seiring dengan
masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia, yaitu sejak abad VII masehi. Memasyarakatnya bahasa arab di Indonesia
, terutama di sebabkan bahasa Arab mempunyai fungsi khusus, yaitu fungsi
keagamaan, khususnya agama Islam. Karena fungsi keagamaan yang dimmilkinya,
maka bahasa Arab merupakan mata pelajar wajib di sekolah-sekolah yang mempunyai
identitas agama Islam.
Dewasa ini bahasa Arab sebagai bahasa asing, telah
menjadi pusat perhatian hampir semua negara di dunia, termasuk Indonesia.
Hal ini disebabakan negara-negara
tersebut mulai memegang peranan penting dalam bidang perdagangan, perekonomian
tenga kerja, bahkan dalam bidang politik dan lain sebagainya.
GEJALA EKSISTENSI AGAMA
Tidak ada yang lebih jelas dan nyata, lebih berkesan dan
berpengaruh dalam kehidupan manusia dari pada gejala agama. Pernah dikatakan
oleh seorang ahli sejarah Yunani bahwa mungkin terdapat dalam peradaban suatu
bangsa tidak mempunyai binaan kota
dan istana, tetapi tidak akan terdapat dalam suatu umat di dunia yang ini yag
tidak mempunyai tempat ibadah agama. Catatan ahli sejarah ini merupakan laporan
yang tepat terhadap gejala kelestarian eksistensi yang tidak dapat terpiash
daripada kehidupan manusia sepanjang zaman.
Pada kurun delapan belas, sebagian ahli fikir barat telah
melahirkan pendapat bahwa agama merupakan susunan dan rekaan baru yang dicipta
oleh manusia. Voltaire umpamanya telah mengatakan bahwa manusia pada
kurun-kurun yang silam telah hidup secara kebendaan yang semata-mata yang
berasaskan ukiran binaan, pertukangan dan perniagaan. Bahkan lebih dari pada
itu Volitaire juga menegaskan bahwa ide bertuhan itu sebenarnya adalah rekaan
tukang tiup lilin yang bijaksana terdiri dari pada semi-semi dan padri-padri
yang kemudian mendapat sambutan dari pada orang-orang bodoh. Pendapat seperti
ini sebenarnya bukanlah suau perkara yang baru muncul dalam kurun kedelapan
belas, tetapi sudah lama yang memang ada pada setiap manusia di dunia. Suara
seperi itu telah pun didaungkan oleh suatu golongan “shofist” dalam zaman
Socrates. Pada mulanya suara seperi ini begitu berpengaruh di dunia barat. Ada dua faktor keruntuhan
akhlak yang menyuluruh di kalangan gereja. Kedua kezhaliman undang-undang
negara serta tidak adilnya dalam pembagian kekayaan negara kepada rakyat.
Tetapi hasil dari penemuan dunia luar suara semakin reda, sebaliknya ia
menerima sanggahan daria ahli fikir sezamanya seperi B.St.Hilaire dan Chacoin.
Sehingga dapat masyarakat manusia yang mempunyai agama.
Kesimpulanya gejala beragama merupakan gejlala yang amat
jelas dan nyata dalam kehidupan manusia. Semakin manusia mengkaji dalam nyata
kehidupan manusia dancipataan tuhan maka semakin nyata dlam kehidupan manusia
dan ciptaan Tuhan maka semakin nyata betapa luas alam “majhul” atau daerah
ghaib yang sungguh mengagumkan. Alam ghaib inilah menjadi salah satu, objek
pembahasan agama. Semakin keras dan hebat tantangan atau penolakan kepada agama
maka semakin lebih kuat pula reaksi perlu terhadapnya. Semakin kuat peradaban
manusia di landa kebendaan maka semakin terlihat kehausan manusia kepada
panduan agama. Peristiwa pembunhan beramai-ramai di Guyana atas agama di bawah
pimpinan Jin Jomes adalah satu daripada bukti yang jelas bagi hakikat tersebut.
EKSISTENSI KECENDERUNGAN
MANUSIA MENCARI AGAMA
Bedasarkan pendapat dua sarjana Antropologi, yang
berhasil menemukan teori-teori berdasarkan hasil penilitianya tentang proses
kecenderungan manusia dalam mencari Tuhanya/beragama.
Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menurut Edward Burnett Taylor ( 1832-1917 ) seorang
sarjana Antropologi Inggris. Dia mengemukakan pendapat sesuai dengan teori
evolusi sebagaimana gambar berikut :
Bila teori tersebut di kaji lebih lanjut, maka akan diperoleh
sebagai kesan-kesan berikut : yaitu bahwa pada mulanya manusia ( penghuni gua
yang primitif ) itu adalah atheis ( tidak berketuhanan ), mereka tidak mengenal
Tuhan sebagai pencipta alam semesta ini. Setelah manusia itu di hadapkan dan
menghadapi gejolak tantangan hidup yang bertubi-tubi di luar daya tahan dan
kemampuan dirinya, mereka lalu datang ( secara bertahap ) kepada :
- Dinamisme ( kepercayaan kepada serba benda/materil )
- Anisme ( kepercayaan kepada serba roh )
- Politheisme ( kepercayaan kepada serba dewa ) dan
- Pada proses finalnya, mereka datang kepada Monotheisme ( berketuhanan yang maha esa )
Dengan
memperhatikan teori tersebut dapat di ketahui bahwa monotheisme ( faham
ketuhanan yanh maha esa ) merupakan hasil terakhir daripada proses filsafat
manusia tentang Tuhan. Sesungguhnya demikian, faham monoteisme tersebut masi
ada kemungkinan didalamnya terselip unsur-unsur yang berbau syirik dan
mempunyai kecenderungan kuat untuk menjurus kepada politheisme ( faham
ketuhanan yang berbilang ) tetapi manunggal. Dan dengan mengikuti teori E.B.
Taylor tersebut, bisa jadi manusia berkesimpulan “ sesungguhnya Tuhan itu pada
mulanya tidak ada, yang mengada-ngada itu adalah manusia itu sendiri”. Di mana
tentu saja tentu kesimpulan seperti itu sangat berbahaya dan bertentangan
dengan konsep agama Islam, dan hal-hal ini pula yang sering di kumandangkan
oleh orang-orang komunis-atheis ( anti agama ), sehingga mereka berpendirian
bahwa agama itu adalah candu masyarakat ( Religion is the opium of society ).
2.
Menurut pendapat Wlhem Schmidt, seorang sarjana Antropologi Austria, dia mengemukakan
pendapatnya sesuai dengan teori wahyu (revelation), yang di gambarkan sebagai
berikut :
Kalau
diperhatikan teori wahyu ( revelation ) menurut Wilhem Schmidt tersebut, maka
akan diperoleh minimal tiga kesan yaitu :
pertama
sejak mula pertama Adam AS sebelum jadi penghuni planet bumi ini, dia selaku
manusia pertama disamping mempunyai derajat/kedudukan lebih tinggi dari pada
Malaikat dan Jin yang diciptakan terdahulu sebagai mana firman Allah dalam
Surath Al-baqarah ayat 30-39 ), Adam pun menampilkan dirinya sebagai insan
religius yang monotheistis. Pertanda ketauhidnya adalah terlihat ketika Adam AS
“bersin” untuk pertama kalinya setelah pribadinya wujud. Saat itu Adam AS
mengucapkan kalimat “Alhamdulillahhi Robbil ‘Alamin “ (segala puji bagi Allah,
Tuhan senesta alam ), ucapan beliau tersebutdi sambut dengan penuh kekaguman
oleh seluruh malaikat dengan ucapan kalimat “ Yarhakumullahu Ya Adam “ ( Allah
senantiasa melimpahkan rahmatnya kepada Adam ).
Kedua
generasi berikutnya ( anak cucuAdam ) itu kemudian menyelewengkan aqidah yang
di anut Adam dari bertauhid mutlak, hanya kepada Allah semata-mata (
monotheisme ) di sulap menjadi syirik ( polotheisme ). Dalam kondisi situasi
kekacauan dan penyimpangan semacam itu, lalu tampilah Nabi. Rasul Allah
berikutnya yang berjuang mengembalikan aqidah yang monotheistis, yang seperi
dianut oleh Adam AS. Nabi/Rasul Allah bergiliran diutus untuk berjuang tauhid
yang monotheistis, sampai pada akhirnya
tiba pada giliran Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir atau penutup
Nabi-Nabi.
Ketiga,
aqidah tauhi monotheistis sebagai prinsip pokok dari tujuan perjuangan
Nabi/Rasullah senantiasa murni, suci bersih dari unsur-unsur yang berbau syirik/politheis.
Jadi menurut Wilhem Schmidt tersebut, kepercayaan terhadap suatu Tuhan
(monotheistis ) merupakan bentuk kepercayaan yang tertua dalam sejarah
kebudayaan manusia. Teori tersebut barangkali selaras dengan firman Allah SWT
Al-baqarah ayat 203 :
Artinya : “ manusia itu adalah
umat yang satu ( setelah timbul perselisihan ), maka Allah mengutus para Nabi/Rasul sebagai pemberi
kabar gembira dan memberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab
dengan benar untuk memberi keputusan diantara manusia tentang perkara yang
mereka persilisihkan. Tidaklah berselisih tentang kitab itu. Melainkan orang
yang telah didatangkan kepada mereka kitab. Yaitu setelah datang kepada mereka
keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka
Allah memberi petunjuk orang-orang beriman kepada kebenaran tentang hal yang
mereka persilisihkan itu dengan kehendaknya. Dan Allah selalu memberi petunjuk
orang yang di khendakinya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang-orang yang
beriman pada kebenaran tentang hal yang mereka perselishkan iu dengan
dihendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikhendaki-Nya
kepada jalan yang lurus.
Dari
ayat tersebut dapat di pahami, bahwa pada mulanya manusia berada dalam satu
agama dan kepercayaan, yaitu semua mempercayai Allah atau bersatu dalam
ketauhidanya. Dan menurut Ibnu Abbas, manusia pada mulanya berada dibawah agama
Adam ( yang monotheis ). Adam di utus untuk mengajarkan ketauhidanya kepada
anak cucunya. Tetapi setelah beliau wafat, maka ummatnya kehilangan pemimpin
dan mulai timbul kekacauan-kekacauan dikalangan mereka, misalnya
pentembahan-penyembahan terhadap berhala. Kemudian datangkah nabi-nabi
berikutnya untuk memimpin mereka yang alam keadaan kacau balau itu, untuk
diarahkan kepada ketauhidan yang murni sebagaimana yang dibawa oleh nabi-nabi
sebelumnya, dan demikian seterusnya sampai dengan nabi Muhammad saw. Tugas kita
sebagai ummat Islam ( ummat Muhammmad ) adalah mempertahankan dan memelihara
ajaran-ajaran Aqidah yang di bawa oleh Nabi Muhammad tersebut.
FUNGSI AGAMA DAN MASYARAKAT
Menurut Prof. DR. Hamka, bahwa fungsi
agama itu ibarat “ tali kekang “ yaitu ; tali kekang dari pada pengumbaran akal
pikiran ( yang liar/ binal ) : tali kekang dari pada ucap dan perilaku ( yang
keji dan biadab ). Agama menuntut perjalanan hidup manusia agar tetap berada di
atas jalan lurus ( shirotol mustaqim ) yang diridhoi oleh Allah.
Putusnya tali kekang dalam diri
seseorang, tidak hanya akan merugikan/ mencelakakan dirinya sendiri, tetapi
orang/ pihak lain, keluarganya dan masyarakat, bangsa dan negara akan terkena
akibatnya juga. Oleh karena itu, semua pihak sama- sama berkepentingan akan
tali kekang. Tali kekang itu tidak cukup hanya sekedar dimiliki, tetapi ia juga harus jaga dan kita pelihara, agar ia
makin kokoh kuat. Sebab lajunya ilmu pengetahuan tekhnologi dan pergaulan
modern ini merupakan tantangana yang tidak ringan.
Prof. DR. H. Mukhti Ali, ( Muhaimin,
1989:19) pernah menyatakanbahwa : agar pendapay kami, antara lain memberi
petunjuk bagaimana moral. ( etika-ahlak ) itu harus di jalankan, agamalah yang
membei hukum-hukum moral. Dan karenanya agama adalah sangsi terakhir bagi semua
tindakan moral, sangsi agamalah yang membantu dan mempertahankan cita-cita
etis.
W. M Dixon ( ibid:1989) dakam bukunya
“The Human Situation” antara lain menyatakan, bahwa ; agama, betul atau salah,
dengan datang, adalah dalam kesuluruhanya, kalau tidak satu-satunya, paling
sedikit kita boleh percaya, merupakan dasar yang palingkuat bagi moral. Dengan
mundurnya agama dan sangsi-sangsiinya, maka menjadi masalah yang sangat
mendesak, kalau asa yang mempunyai kekuatan yang bisa menggantikanya “(
agama)”.
Menurut kesimpulan Hasanuddin, (
ibid:1989 ) dalam bukunya “Cakrala Kuliah Agama” bahwa diantara sekalian hal
yang kita temukan tentang fungsi dan peranan agama atas diri manusia, maka yang
penting untuk benar-benar dihayati ialah ;
1. agama itu mendidik manusia menjadi tentram, damai, tabah, dan
tawakal, ulet serta percaya dirisendiri.
2. agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi berani
berjuang menegakan kebenaran dan keadilan dengan kesiapan mengabdi dan
berkorban ; serta sadar, enggan dan takut untuk melakukan pelanggar yang
menkjurus kepada dosa dan noda.
3. agama memberi susgesti kepada manusia, agar dalam jiwanya tumbuh
sifat mulia terpuji, penyantun, toleransi, dan manusiawi.
Mahluk manusia dewasa ini telah
memasuki zaman computer yang membantu usahanya untuk mengurangi ruang angkasa.
Namun manusia modern ini belum
sanggup menjawab pertanyaan fundamental yang selalu menggangunya. Mengapa ada
penyakit ? mengapa saya harus mati ? mengapa dia si pemuda belia meninggal ?
mengapa terjadi musibah yang mengirakan itu ( puluhan korban jiwa akibat gunung
meletus, tanah longsor, karna
jembatannya musnah di
hancurkan badai topan dan sebagainya). Persoalan semacam itubelum terjawab.
Apalagi pertanyaan, apa itu semua ada artinya bagi manusia pada umumnya ? Dengan kata lain, manusia
dihadapkan dengan problem makna dan arti yang ada di belakang semua kejadian
itu. Ternyata akibat keterbatasanya, manusia ( tidak/belum ) sanggup menjawab.
Lalu ia harus lari kemana untuk mencapai jawaban itu ? kalau ia manusia tidak
menginginkan kemusnahannya
pada “titik hancur” ini, dan pengalaman membuktikan bahwa tak seorang pun
menghendakinya, maka ia berusaha mencari kekuatan lain “yang ada diluar” dunia
ini. Disamping rasa kecewa sampai frustasi yang bertubi-tubi dialami manusia
dihadapkan dengan masalah lain lagi, yaitu kelangkaan-kemiskinan dan
penderitaan. Masalah tersebut hingga dewasa ini harus diakui masih merupakan masalah yang belum terjawab bukan
saja oleh bangsa dunia ke-tiga, akan tetapi juga oeh
bangsa yang sudah maju dalam sistem
sosial dan organisasinya.
masalah ini juga dapat dikembalikan kepada masalah keterbatasan kemauan manusia
yang telah di sebut diatas, tetapi dalam penanganannya memang telah menimbulkan
kesulitan terdendiri yang
dapat di simpulkan dalam masalah ekonomi-sosial.kemampuan manusia masih perlu
ditingkatkan lagi untuk menggali kekayaan yang masih tersembunyi itu. Namun terpisah dari hal-halyang
teoritis dan hipotesis itu manusia tidak dapat menutup mata akan pertanyaan
tersebut. De facto, yaitu dalam masyarakat yang ada sekarang di dunia ini dan manusia-manusia telah berusaha dengan
sebaik-baiknya melalui sistem
pembagian kerja dan distribusi
hasil menurut perbandingan alokasi fungsi, fasilitas dan imbalan jasa yang sepantasnya pada masyarakat yang sudah maju. Namun sebagian dari penghuni
masyarakatnya masih belum
mendapat bagian, yang mereka
alami secara faktual ;
kekurangan dan penderitaan hinga di luar kewajaran.
Teori
fungsional melihat kekurangan
itu semua tanpa mengurangi penglihatan
teori lain atas hal yang sama sebagai ciri-ciri eksistensial dari kondisi dan
situasi manusia umunyadan oleh karena itu juga melekat pada masyarakat. Kalau
di rumus dalam satu nafas maka kekurangan eksistensial itu ialah :
1.
ketidakpastian
2.
ketidakmampuan
3.
kelangkaan
lalu apa yang dibuat oleh manusia ?
menyerah pada manusia ? jawaban atas pertanyaan itu sudah jelas dari pengalaman
biasa hari-hari maupun dari sejarah bangsa-bangsa yang sekian banyak banyak
jumlahnya yang terdiri atas secara tuntas, minimal untuk mengurangi pengaruh
buruknya. Manusia menjinakan lingkungan hidunpnya yang ganas mencoba untuk
menguasainya dan mengendalikanya. Hasil usahanya dirakit dalam suatu sistem sosio-kultural yang semakin hari
semakin disempurnakan untuk di jadikan tempat tinggal yang aman dan sentosa,
meskipun sebagaian warganya tidak dapat di luputkan dari kematian dan terpaksa
meninggalkan hasil perjuanganya kepada angkatan yang masih hidup demi kehidupan
yang semakin baik. Sejarah manusia mengungkapkan usaha-usaha manusia yang
bergerak untuk memenuhi keperluan hidupnya, yaitu ; kehidupan akan kebahagian. Keperluan yang mendasar ini dapat dikatakan dengan yang lebih abstrak sebagai
kesejahteraan dalam “dunia empiris” dan “dunia supra empiris”. Yang satu
terletak disini dan kini, yang lain digambarkan sebagai diatas dunia ini, dunia
transeden, yang tak terjangkau oleh pengalaman ( empiris ) manusia, karena ada
diluar ada dunia pengalamani ini. Itu semua bukanlah suatu teori sejarah
melainkan sesuatu kesimpulan empiris, yang tidak dari dalil yang spekulatif,
tetapi dari pengalaman eksistensial dari zaman ke zaman hingga sekarang ini.
Dengan kata lain, berdasarkan fakta-fakta konkrit yang digumuli oleh setiap
manusia yang hidup di dunia ini. Usaha apa yang telah dilakukan manusia untuk merebut kebahagiaan
itu. Ternyata berdasar pengalaman sekarang dan catatan sejarah manusia
melakukan dua jenis usaha raksasa, ialah ; usaha religius dan non religius.
EKSISTENSI BAHASA ARAB
Bahasa Arab sejak sebelum islam datang
telah berkembang dan telah mencapai kedudukan yang tinggi.karena dengan karya
sastra bangsa Arab telah mampu mengangkat martabatnya di kalangan
Qabilah-Qabilah ( suku-suku ) yang lain. Dan apabila karya-karya sastra mereka
jelek, maka mereka akan merasa rendah dan hina, sehingga kesungguhan dan
kegigihan mereka dalam berkarya selalu terpuruk untuk memenuhi kompetisi yang
selalu hidup di kalangan bangsa Arab pada waktu itu.
Selanjutny, kedudukanya bahasa Arab
semakin mantap lagi setelah datangnya Al-quran, karena sejak empat belas abad
yang lalu bahasa Arab masih tetap tegar, terhindar dari kepunahan, yang hanya
bisa kita ketahui lewat sejarah dan buku-buku lama yang tersimpan di
perpudtakaan, sedangkan bahasArab akan punah dan hilang bersama dengan hilang
dan punahnya Al-quran dan jika Al-quran masih tetap di pakai serta ada dunia
ini bahasa Arab akan terus hidup menyertai manusia pengikut Al-quran.
Rasanya memang sangat janggal, apabila
seorang yang setiap harinya bergelut dengan Al-quran tapi tidak tahu apa yang
terkandung didalamnya dan tidak mengerti keindahan- keindahan yang di bawanya.
Dengan demikian, tidak bisa kita
bayangkan bagaiman jadinya sebagai pemeluk agam islam tidak bisa dan tidak
mengerti bahas Arab, nampaknya tidak konsisten karena ketidaktahuan tersebut
tidaak akan mencapai pada pernghayatan dan pengalaman
Secara optimal, maka sudah wajar kalau
kita selalu menumbuhkan semangat belajar bahasa arab dengan mengtahui segala
prospeknya dan menyingkirkanya beberapa problematika yang timbul dikal belajar,
untuk menghilangkan kejanggalan-kejanggalan dan menumbuhkan keseimbanganyang
harmonis sebagaipemeluk agama Islam.
PERANAN BAHASA ARAB DALAM BIDANG ILMU
PENGETAHUAN
Mempelajari bahasa Arab adalah merupakan
salh satu kunci pokok untuk membuka pintu ilmu pengetahuan, baik agama, sosial,
politik, ekonomi, dan kebudayaan, karna cendikiawanya muslim pada abada
pertengahan telaha berhasil membuahkan sebagai karya dalam bidang ilmu
pengetahuan tersebut, buku-bukumereka masih banyak tersimpan dalam
perpustakaan-perpustakaan yang sampai saat ini baru beberapa saja yang berhasil
di cerna dan dipindahkan kenegara-kenegara barat.
Dari sinilah eropa yang gelap pada zaman
pertengahan itu mulai terang, dan lahirkan zaman pembaruan eropa setelah
mengambil dan memindahkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dari kaum muslimin
kedunia barat ( Iman subakir,1980:2).
Memang seorang orenralid baratrasanya
belumlah lengkap, apabila ia belum mampu dan bisa mengrti bahasa Arab bagi
mereka sangat penting, untuk membaca dan mengetahui karya cendikiawan muslim
tidaklah cukup melalui terjemah, dan terjemah karya-karya tidak mungkin
semuanya akan diterjermahkan begitu saja, tentu hanya akan dipilih mana yang
baik dan bagus sehingga tidak bisa menjangkau seara keseluruhan dan engeri
secara dalam. Inilah yang mengakibatkan mereka mempelajari bahasa Arab secara
sungguh-sungguh, sehingga bahasa Arab cepat sekali berkembang dikalangan barat
sejak abad perengahan sampai sekarang.
Dengan berkembanya bahasa Arab
dikalangan mereka ( dunia barat ), telah banyakyang berhasil menulis buku-buku
dan bahkan salah satu diantara mereka ada yang berani mengklasifikasi Al-quran
kedalam bab-bab sesuai dengan pokok pemasalahanya, yaitu : Jhole Labaum dan
Edward monteh yang bukunya berjudul “Tafsilul ayaatil Quran” dan “Mustadrak” ( Ali-buutii,1972:146 ).
Kalau tidak memungkiri kenyataan yang
ada, bahasa Arab telah banyak mewarnai dunia ilmu pengetahuan yang dituangkan
melalui bahasa Arab yang sangat banyak sekali, ilmu astronomi, imu pasti,
kimia, kedokteran yang tertulis dengan bahasa Arabtelah mewarnai dan membekas
sampai pada saat ini. Sebagai salah satu contoh, ilmu pasti yang dihasilkan
sarjana-sarjana muslim yang termashyur dan agung yaitu ilmu hitung atau
matematika dan aljabar yang ditulis dan diajarkan dengan bahasa Arab pada waktu
itu. Samapai saat ini kelihatan jelas pengaruh dan bekasnya, yaitu ; angka
hitungan yang kita pakai saat ini 1234567890 adalah angka-angka Arab sebagai
suatu bukti yaitu perusahaan mesin tulis merkek olimpia yang memproduksi mesin
tulis Arab tetap memakai angka huruf Arab tetap memakai angka-angka tersebut
dengan alasan angaka-amgka itulah yang sesuai, karena angka-angka itu yang asli
dan itdak memakai angka-angka India seperti yang biasa kita pakai oleh mesin
tulis huruf Arab merek Brother saat ini.
Dengan berperanya bahasa Arab sejak
empat belas abad yang lalu, tentu sudah banyak sekali ilmu pengetahuaan yang
terkena pengaruh oleh bahasa Arab, baik itu istilah atau ungkapan maupun gaya
bahasanya dan sebagaianya yang samapi pada saat ini belum terungkap menjadi
tantanga atau tanggung jawab parasarjana sastra Arab untuk meneliti dan
mennyingkapkanya. Dengan demikian kesempatan yang luas dan jalan yang lebar ini
akan mengubur sedikit demi sedikit pemikiran-pemikiran yang sempit dan serta
perasaan yang pesimis bagi mereka yang mempelajari bahasa Arab.
PERANAN BAHASA ARAB DALAM BIDANG
PENDIDIKAN
Dunia pendidikan masih erat
kaitanyadengan dunia pengetahuan yang selalu di bahas dan di ajarkan lewat
dunia pendidikan bahasa Arab, bahkan Universitas-Universitas negeri sudah
banyak yang membuka jurusan bahasa Arab dan mudah-mudahan akan bertambah
lagimengingat pentingya bahasa Arab sejak abad pertengahan hingga saat ini,
lebih-lebih setelah negara-negara timur tengah sangat berperan dalam bidang
perminyakan telah dapat menarik simpati dari banyak negara barat maupun timur
untuk selalu dekat sehingga bahasa Arab semakin mendapat sambutan di
Universitas-Universitas luar negeri untuk hidup sebagai wadah untuk mencetak
Diplomat-Diplomat, Intrepreter, dan ahli yang fasih berbahsa Arab.
Berbafgai Universitas di Eropa dan
Amerika telah mengembangkan studi-studi bahasa Arab dan kebudayaannya, dan
telah dapat menerbitkan buu-buu tentang bahasa Arab. Linguistik Arab, dan
kebudayaan Arab pada umumnya, seperti Universitas Oxford, Cmbridge, Sorbone, Mc
Gill, Michigan, Minesota, dan lain-lainya. ( Imam Subakir,1980;5 ).
Dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan
yang saat ini berkembang pesat erat kaitanya dengan pengaruh Islam, nabi
Muhammad saw sangat menjunjung ilmu pengetahuan. Sabda-sabda beliau sendiri
menjadi bukti untuk itu, kata-katanya yang cukup tegas menjadi saksi abadi.
Diantaranya sabda beliau yang dituangkan melalui bahasa Arab yang fasih ialah :
·
tuntutlah ilmu walau
kenegeri Cina sekalipun
·
tuntutlah ilmu dari ayunan
sampai keliang lahat
·
mempelajari sepatah kata
ilmu, lebih baik daripada mengerjakan rakaat
·
tinta ulama lebih berharga
daripada darah orang-orang sahid
·
sepatah hikma yang
diajarkan dan diberitahukan kepada sesama Muslim, lebih berharga daripada
sholat satu tahun
·
orang yang berilmu adalah
pewaris nabi-nabi
·
tuhan tidak menjadikan
suatu yang lebih daripada akal
·
pada hakekatnya, seseorang
dapat mengerjakan sholat, puasa, zakat, haji, dan semua pekerjaan yang baik ;
akan tetapi pahala yang ia terima hanyalah seimbang dengan akal ia pergunakan.
Hadist-Hadist ini dan
masih banyak lagi isinya sangat berperan dalam menjunjungnya dunia pendidikan
dan ilmu pengetahuan.
Jika kita buka
lembaran sejarah Nasional, bahwa “Galileo” yang terkenal pada masa tiga abad
yang lalu ( 1633 ), telah dihadapkan kemuka majelis Paus diancam akan disiksa ,
dipaksa untuk menarik kembali keteranganya yang terkutuk dan menyalahi hukum
agama, bahwa bumi berputar mengelilingi matahari.
Inilah bukti
terbelenggunya dunia ilmu pengetahuan di Barat pada masa itu, dan tersingkap
sertaterbebas kembali setelah pengaruh buku-buku Islam masuk dunia Barat.
PERANAN BAHASA ARAB
DALAM BIDANG KOMUNIKASI
Dengan pengaruhnya
negara-negara Arab dewasa ini, maka perhatian dunia selalu tertuju kesana,
sehingga bahasa Arab sebagai alat komunikasi yang sangat di butuhkan sekali
untuk menunjang dan melancarkan hubungan negara-negara tersebut. Karena
besarnya perhatian terhdap bahasa Arab. Di Ingggris bahasa itu dijadikan lambang Foreigh Sevice (
Dinas Luar Negeri ), dengan arti bahwa mereka yang ingin jadi diplomat harus
dapat berbahasa Arab, apalagi jika akan dikirim negara Arab dan Islam.
Bahasa
Arab adalah alat pemersatu bagi kaum muslim di dunia inni yang hampir berjumlah
1 milyar atau sepertiga penduduk dunia, dan semestinya mereka itu dapat
menguasai bahasa Arab dengan baik, karena mereka selalu dituntut untuk
berkomunikasi dengan baik walaupun berlainan bangsa dan negara, kesempatan
berkumpul pada setiap tahun di Mekkah untuk melaksanakan ibadah Haji, selalu
menuntut mereka untuk saling mengenal, saling tukar pendapat dan tikar
informasi, salah satu alat komunikasi yang paling efektif bagi mereka alah
bahasa Arab.
PERANAAN BAHASA ARAB DALAM BIDANG
KEBUDAYAAN
Sejak
mulanya Islam di Indonesia beberapa abad yang lalu sampai pada saat ini kita
melihat betapa terpatrinya pengaruh Islam terhadap hampir semua aspek/unsur
kehidupan di Indonesia.
Upacara
keagamaan misalnya dapat diketahui betapa banyak pemeluk agama Islam yang
menjalankanya berbeda dengan upacara-upacara keagamaan pada masa-masa silam.
Pengaruh dalam bidang bahasa demikian pula dapat kita rasakan. Pendeknya hampir
semua aspek kebudayaan Indonesia
terpengaruh oleh Islam. Pada sisi lain terlihat pula unur-unsur bahasa Arab
banyak menyelinap didalamnya. Pengaruh tersebut kini menjadi objek dari
berbagai disiplin ilmu. ( Sansul Hadi.1985;1).
Bidang
Antropologi, Arkeologi, sejarah, dan Bahasa baik Indonesia dan Daerah, sangat
membutuhkan sekali rang yang tahu bahasa Arab untuk menunjang penilitian dan
perkembangan dalam bidang-bidang tersebut.
Bidang-bidang
yang telah di sebutkan diatas yang erat hubunganya dengan bahasa Arab,
seharusnya membuat kita terpacu dan tidak pesimis dalam mempelajarinya. Jika
bahasa Arab yang kita pelajari senantiasa hidup dan tidak pasif, mudah-mudahan
sangat bermanfaatdan selalu dibutukan oleh instansi-instansi, sangat bermanfaat
dan selalu dibutuhkan oleh instansi-instansi., departemen-departemen yang erat
hubunganya dengan bahasa Arab, tidak hanya departemen Agama yang bisa menampung
sarjana sastra Arab, tidak karena bahasa Arab bukan hanya bahsa Agama atau
Kiyai melainkan bahasa ilmuan dan bahasa Internasional bahkan pada abad ke-21
ini, bahasa Arab telah dipergunakan dalam berbagai forum Internasional dalam
berbagai lapangan : politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan agama, seperti
dalam konferensi Non Blok, Konferensi Islam Asia Afrika, konfernsi-konferensi
Rabitan Al-Islami, dan lain-lainya. Dan sejak tahun 1973 telah kita
ketahuibersama bahwa bahasa Arab dengan resmi diakui dan dijadikan bahasa resmi
dalam PHB sejajar dengan bahasa Internasional lainya.
PERANAN AGAMA DAN BAHASA ARAB DALAM PEMBANGUNAN
NASIONAL
Dalam
GBHN 1993 dicantumkan tentang titik barat pembangunan nasional jangka panjang
kedua diletakan pada bidang ekonomi yang merupakan penggerak utama pembangunan,
seiring dengan kualitas sunber daya manusia dan didorong secara saling memperkuat,
dan terpadu dengan pembangunan bidang-bidang yang dilaksanakan seirama,
selaras, dan serasi dengan keberhasilan pembangunan bidang ekonomi dalam rangka
mencapai tujuan dan sasaran pembangunan nasional.
Penataan
kehidupan beragama dan kepercayaan terhdap Tuhan Yang Maha Esa yang harmonis,
yang tercermin dalam semakin meningkatnya keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, semakin meningkatnya kerukunan kehidupan ummat beragama dan
penganut terhadap Tuhan yang Maha Esa, semakin meninkatnya peran serta ummat
dalam pembangunan melalui pendidikan di lingkungan keluarga, di masyarakat, dan
di sekolah, bersamaan dengan perluasan sarana dan prasarana sesuai dengan
kebutuhan utnuk menunaikan ibadah masing-masing.
Peranan
Agama dan bahasa Arab dalam rangka memberhasilkan pembangunan Nasional memiliki
peranan yang sangat penting dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas, beriman, dan bertqwa. Hal ini sesuai dengan tujuan GBHN 1993 yang
memperioritaskan pembangunan ekonomi yang tentunya sumber potensinya adalah
pembangunan sumber daya manusia Indonesia
yang berkualitas.
Mengingat
jumlah penduduk Islam merupakan mayoritas dari penduduk Indonesia maka jumlah
mayoritas penggunaan sumber daya manusia adalah dari potensi ummat Islam yang
berkualitas itu diperlukan pemahaman yang lebih dalam tentang bahasa Arab
sebagai sumber ajaran Agam Islam dan juga sebagai bahasa komunikasi hubungan
Internasional, bahasa pendidikan dan illmu pengetahuan seperti bahasa
kebudayaan dan bahasa dapat dipergunakansebagai nilai ekonomis dikaitkan dengan
tenaga kerja Indonesia yang bekerja di negara-negara di Timur Tengah. Di dalam
GBHN 1993 dikemukakan tentang kemampuan penggunaan bahasa asing perlu
ditingkatakan dan dikembangkan untuk meperlancar komunikasi dengan bangsa lain
di segala aspek kehidupan terutama penyerapan informasi ilmu pengetahuan dan
teknologi, disamping memperluas cakrawala pandang bangsa sejalan dengan
kebutuhan pembangunan.
Upaya
peningkatan kualitas manusia Indonesia pada umumnya melalui penigkatan kualitas
pendidikan, kualitas ekonomi yang berkaeadilan sosial, kualitas produksi dan
industri, oleh karena itu dibutuhkan manusia yang berfikir dan berwawasan maju
kedepan yang dimiliki akhlakul-karimah, budi pekeri yang mulia yang di aplikasikan
sebagai amal sholehdalam rangka mensukseskan pembangunan nasional. Menurut
Prof. Witehead ( 1991:123 ) sebagai suatu sistem tentang kebenarankebenaran
umum yang mempunyai daya untuk mengubah budi pekerti, jika kebenaran-kebenaran
umum tersebut di pegang secara ikhlas dan di khayati secara sungguh-sungguh.
Sebagai
anggota dari masyarakat, sudah sewajarnya seorang manusia Indonesia bersyukur kepada Allah swt atas
karunianya berupa tanah air dan Indonesia
ini. Juga wajar hidayah yang diberikan-Nya kepada para pendiri Republik telah
menetapakan pancasila sebagai dasar untuk masyarakat dan bernegara, masyarakat
dan negara Indonesia.
Berdasarkan berbagai pengalaman dari bangsa lain, bahwa lima prinsip yang terkandung dalam Mukaddimah
Undang-undang Dasar 1945, adalah prinsip-prinsip yang amat luhur.
Prinsip-prinsip tidak sja mampu melandasi persatuan nadional bangsa Indonesia dari Sabang sampai Maruke, tapi juga,
lebih penting lagi, prinsip-prinsip itu dapat menjadi pangkal tolak pembangunan
pemikiran kenegaraan Indonesia
modern.
Sebagai
negara yang paham dan falsafah pancasila, bangsa Indonesia
harus mempunyai kepercayaan bahwa agama adalah karunia Allah, Tuhan Yang Maha
Esa, kepaada segenap bangsa Indonesia.
Sebab, dengan agam seorang manusia mengetahui keberadaanya dalam system alam
raya ini, dengan agam pula dapat diketahui darimana, bagaimana, dan kemana
hidup ini. Agamalah yanag menjawab pertanyaan, mengapa seorang berada di dunia,
oleh siapa dan kemana pergi.
Dengan
kata lain, agama memberi tujuan hidup yang menyadarkan bahwa tidak sepotongpun
dari pebuatan sehari-hari dan jadi pengawasan melekat yang tidak pernah
terpisahkan dari roda kehidupan seorang manusia berpartisipasi dalam
mensukseskan pembangunan, yang memperkihatkan betapa ia konsisten melaksanakan
ajaran agama lewat penguas bahasa Arab.
Hal
ini menunjukan bagi kita bahwa peranan agama dan bahasa Arab demikian besarnya,
dan lebih jauh diuraikan sebagai berikut :
- pembangunan merupakan kegiatan yang berorientasi kepada tujuan maupun kepada nilai, yang ditujukan kepada peningkatan martabat manusia sampai sampai ketingkat yang setinggi-tinggnya dalam semua dimensinya. Aspek-aspek moraldan material, ekonomik dan sosial,serta mental dan spiritual tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
- pembangunan dalam tatanan Islam tidak sekedar diketahui sebagai yang multi-dimensional. Karena semua upaya harus dilakukan secara bersamaan dalam segala dimensinya, maka metodologi yang bermaksud memisahkan sala satu faktor kunci dan meletakan seluruh perhatian yang kepada satu itu secara teoritik tidak dapat dibenarkan. Islam berusaha menciptakan keseimbanagan antara berbagai macam faktor dan budaya itu.
- pembangunan melibatkan berbagai macam perubahan, baik kuantitatif maupun kualitatif. Keterlibatan dalam perubahan kuantitatif. Keterlibatan keterlibatan dalam perubahan kuantitatif, yang di absahkan dan dianggap penting itu, sayang sekali telah mengakibatkan terabaikanyaa aspek-as[ek kualitatif dari pembangunan itu khususnya dan bahkan pembangunan kehidupan secara keseluruhan.
- prinsip-prinsip kehidupan sosial yang dinamik, Islam secara khusus menekankan pada dua prinsip : pertama, pendayagunaan secara maksimal sumber-sumber yang telah di anugerahkan Allah kepada manusia dan juga lingkungan alamnya ; dan kedua, pemanfaatan, pemerataan serta peningkatan hubungan-hubungan kemanusiaan secara menyeluruh atas dasar kebenaran dan keadilan.
DAFTAR PUSTAKA
- ABDALATI, HAMMUDAH. (1993). ISLAM SUATU KEPASTIAN JAKARTA : PN. MEDIA DAKWAH.
- ECO. UMBERTO (1976). A THEORY OF SEMIOTICS. LONDON : INDIANA UNIVERSITY PRESS.
- HENDRO PUSPITO, DRS, (1992). SOSIOLOGI AGAMA. JOGYAKARTA : PN. KANISIUS.
- HORTON, PAUL B. (1984). SOSIOLOGI. JAKARTA : PN. ERLANGGA.
- MADJID, NURCHOLISH. (1991). ISLAM KEMODERAN DAN KEINDONESIAAN. BANDNG : PN. MIZAN.
- MUHAIMIN, DRS. (1989). PROBLEMATIKA AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA. BANDUNG : PT. ALMAARIF.
- OGDEN, C. K AND I. A. RICHARDS. (1969). THE MEANING OF MEANING. LONDON : ROUDLEDGE KEGAN PAUL LTD.
- RAIS, AMIN. (1982). ISLAM DAN PEMBAHURUAN. JAKARTA : PN. RAJA GRAFINDO PERSADA.
- RASYID, SULAIMAN. (1981). FIQIH ISLAM. JAKATA : PN. ATTAHIRIYYAH. . PM1
- RATHOMI, ABDA’I. (1968). TIGA D\SERANGKAI SENDI AGAMA. BANDUNG : PT. ALMAARIF.
- RAZAK, DRS. (1989). DINUL ISLAM. BANDUNG : PN. ALMAARIF
- RAZAK, DRS. (1992). SEMIOSIS AND SEMIOTICS. DELHI : ANUPANA PUBLICATONS.
- GBHN. (1993) SEMARANG : PN. ANEKA ILMU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar